telusuri


Friday, October 1, 2010

PROFIL PEMAIN : GREYSIA POLII








Greysia Polii (lahir di Jakarta, 11 Agustus 1987; umur 23 tahun; sering dipanggil dengan nama Grace) adalah salah satu pemain bulu tangkis ganda Indonesia. Pada ganda putri putri pasangan Willy Polii dan Evie Pakasi ini biasa berpasangan dengan Jo Novita di berbagai ajang. Ia mulai ikut di tim Piala Uber Indonesia sejak tahun 2004 dan juga tahun 2008.Pada pertengahan tahun 2008, ia mulai berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari karena usia Jo Novita yang tidak muda lagi dan tidak bisa diharapkan membangkitkan prestasi di sektor ganda putri dengan Greysia Polii lagi. Di awal tahun 2009 prestasi Greysia Polii dengan Nitya belum menunjukkan prestasi, apalagi dengan hengkangnya Vita Marissa dari pelatnas, maka pelatnas membutuhkan kekuatan di sektor ganda putri. Apalagi tahun ini diselengarakan Sudirman Cup di Guangzhou,China. Pada saat mengikuti turnamen Singapore Open, Grace menunjukkan banyak peningkatan, yang tak diduga sebelumnya ia melaju sampai Perempat final dan mengalahkan peman No. 1 dunia Wong Pei Tty / Chin Eei Hui dari Malaysia. Ia pun lolos ke final setelah mengalahkan ganda putri No. 9 dunia Lena Frier Kristiansen / Kamilla Rytter Juhl dariDenmark, tapi kejutan itu tidak berlanjut di Final karena ia tumbang ditangan pemain China yang sebelumnya pernah mengalahkan Greysia / Nitya di All England, yaitu Zhang Yawen / Zhao Tingting.Indonesia akhirnya bisa memiliki ganda putri kelas dunia setelah berakhirnya ganda putri Vita Marissa / Lilyana Natsir, mendampingi Shendy Puspa Irawati / Meiliana Jauhari. Greysia / Nitya sekarang masuk dalam pemain 10 besar dunia.


Prestasi

dengan Jo Novita
2005:
  • Perak sektor ganda Putri SEA Games 2005
2007:
2008:

2009:

MENGAPA PRESTASI BULUTANGKIS SEMAKIN MENURUN?




Prestasi atlet bulutangkis kita di dunia international memang mengalami penurunan terbukti dengan sedikitnya juara yang dihasilkan diberbagai tournament. Banyak komentar yang disampaikan oleh orang yang mengerti bulutangkis baik yang sifatnya mengkritik, memberi saran atau yang hanya sekedar berkomentar. Mengapa dengan menurunnya prestasi bulutangkis Indonesia, PBSI tidak mencoba membuat suatu seminar atau kajian dengan mengundang pakar-pakar dari beberapa disiplin ilmu yang mendukung. Disamping itu orang-orang yang berkomentar dapat lebih terarah dalam memberikan masukan tentang bagaimana membangun kembali prestasi olahraga bulutangkis yang pernah kita punyai.
Kalau saja PBSI punya inisiatif untuk memproduksi buku atau video tentang bulutangkis dan mempermudah bagi masyarakat untuk menjangkau atau mendapatkan buku atau video agar dapat diajarkan dasar dasar bulutangkis kepada anak-anak supaya bila mereka sudah siap masuk PB nanti tinggal di permatang teknik-teknik dasar tersebut.tapi karena begitu sulitnya buku-buku atau video tersebut sehingga mereka harus masuk PB untuk di ajarkan teknik dasar dari badminton.bukankah lebih dini di ajarkan lebih matang hasinya nanti.
Prestasi Indonesia menurun karena Indonesia jarang menurunkan para pemain junior ke berbagai turnamen. Coba kalo misalnya sering diturunin ke turnamen, pemain junior pasti akan bertambah pengalaman mainnya dan otomatis karena sudah lawan pemain luar negeri, kemampuannya lebih terasah, dan lebih mengenal gaya permainan pemain lain. Kalo turnamen itu tidak terlalu tinggi kelasnya, seperti grand prix, mendingan pemain muda aja yang diturunin, yang senior diistirahatkan
adapun kendala2 yang lain:
1. Biaya PBSI (katanya) tdk cukup mengirimkan semua pemain2nya ke luar negeri shg hanya pemain yg berpotensi juara yg dikirim.
Akibatnya:
Pemain utama tidak ada yang meng-cover bila terjdi penurunan prestasi. Jamannya thn 90an pemain kita slalu ada yg mencover. Tunggal putra silih berganti menjadi juara. Tnggal putri, susi susanti menurun, ada mia audina, dll.
2. Sistem manajemen kepelatihan perlu dikoreksi. Tdk ada salahnya merekrut pelatih luar. Dahulu kita menggunakan pelatih luar looo, sprti Tong Sin Fu, pelatih tunggal putra. Syang dia sulit mendptkan kwarganegraan Indonesia, akhirnya pulang ke China, dan malah mengorbitkan Lin Dan, Zhang Ning, dkk
FINALLY
3. Menjadi atlet di Indonesia sekarang ini tidak menjamin menjamin peningkatan standar kualitas hidup. Paradigma ini memang selalu bergeser, sehingga banyak orang tua tdk mengizinkan anaknya menjadi atlet. Berbeda kasus di negara lain. Pemerintah melalui MENPORA hrs giat m’berikan penghargaan yg lbh bgi atlet, krn mereka telah mengorbankan hampir sbgian hidupnya hanya utk berlatih dari anak2, dan mengesampingkan mengikuti pendidikan lanjutan.
Marilah kita pecinta bulutangkis dimana saja berada ikut mensosialisasikan bulutangkis ke masyarakat luas, perlu jg dengan pertemuan-pertemuan teori misal, seminar, diskusi, workshop atau yang lainnya.