Indonesia tak boleh lagi menyebut sebagai salah satu poros bulutangkis dunia. Kekuatan pebulutangkis Merah Putih tak lagi kukuh. Saat ini, menghadapi negara level bawah pun, duta Indonesia bisa tersandung.
INDONESIA gagal total di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2011. Tak ada duta Merah Putih yang meraih trofi juara dalam even di London, Inggris, pada 8–14 Agustus lalu itu. Jangankan juara, lolos ke final pun, pebulutangkis Merah Putih tak bisa. Hasil terbaik diukir pasangan muda ganda putra M. Ahsan/Bona Septano dan Tontowi Ahmad/ Liliyana Natsir yang terhenti di semifinal. Padahal, jika berdasar unggulan BWF (Federasi Bulu Tangkis Dunia), Indonesia harus bisa menempatkan satu wakilnya di final melalui Tontowi/Liliyana Natsir karena menempati unggulan kedua.
Namun, sebenarnya bukan hanya Singapura, wakil dari dunia III di pentas bulutangkis juga banyak membuat kejutan. Selain Taufik, dua tunggal Indonesia mengalami hal serupa, yakni Dyonisius Hayom Rumbaka di tunggal putra dan Adriyanti Firdasari di tunggal putri. Hayom, sapaan karib Dyonisius Hayom Rumbaka, dipermalukan wakil Finlandia Ville Lang pada babak pertama. Kemudian, Firda, sapaan karib Adriyanti Firdasari, takluk oleh Chloe Magee dari Irlandia.
Sebenarnya, pebulutangkis tunggal putra Indonesia lainnya, Lindaweni Fanetri, juga kalah oleh wakil dari dunia III, yakni Jerman. Tetapi, yang menghentikan langkahnya adalah Juliane Schenk yang diunggulkan di posisi kesembilan. ”Ini membuktikan bahwa kekuatan dunia bulu tangkis di dunia sudah menyebar dengan baik. Jadi, tidak lagi didominasi negara-negara tertentu saja,” kata Sekjen PB PBSI Yacob Rusdianto.
Bahkan, tambah dia, bukan hanya pebulu tangkis Indonesia yang harus merasakan pahitnya takluk dari wakil dunia III. Tiongkok mengalami hal serupa. ”Unggulan kelima tunggal putra dari Tiongkok Chen Long tersingkir oleh Kevin Cordon asal Guatemala. Padahal, siapa yang menyangka negara seperti Guatemala bisa menang dari pebulu tangkis Tiongkok,” ungkapnya.
Yacob pun berharap pebulutangkis Indonesia selalu waspada menghadapi pebulutangkis tanpa melihat asal negaranya. Berubahnya peta kekuatan bulutangkis itu juga tak lepas dari regenerasi yang dilakukan negara-negara lain. Saat Indonesia masih mengandalkan Taufik, di negara lain muncul bibit yang kualitasnya mulai matang sekarang. (jpnn)
No comments:
Post a Comment