telusuri
Tuesday, August 14, 2012
Perubahan Tampilan Blog.
Terima kasih atas saran dan masukannya.
Admin.
Tuesday, March 20, 2012
PENANGANAN CEDERA ENGKEL PADA SAAT BERMAIN BULUTANGKIS
Setiap cidera yang terjadi pada saat kegiatan berlangsung atau pertandingan sebaiknya diistirahatkan dahulu untuk diperiksa, diobservasi secara teliti, dan kemudian disiapkan secara optimal langkah-langkah penanggulangannya. Misalnya pemakaian taping atau bracing untuk kemudian dipertimbangkan kemungkinan untuk dapat melanjutkan pertandingan. Lama istirahat tergantung pada derajat cidera. Derajat cidera menentukan apakah penderita dapat segera kembali berlatih atau tidak. Pada prinsipnya cidera jaringan lunak anggota gerak tubuh diistirahatkan atau dibebaskan dari beban gerak selama 24-48 jam.
Tujuan pemberian kompres es adalah untuk mengurangi rasa sakit dan pembengkakan. Kompres es pada suatu cidera akan efektif apabila rasa dingin dapat masuk cukup dalam dan lama ke dalam jaringan. Prinsipnya adalah makin besar otot atau sendi cidera, makin lama kompres es harus diberikan. Waktu kompres pada cidera lutut adalah minimal 30 menit sedangkan pada cidera otot paha minimal 45 menit. Kompres es diberikan 2-3 jam terus menerus segera setelah suatu cidera terjadi dan dilanjutkan dengan interval 30 menit selama 3-6 jam. Perhatikan reaksi kulit yang terjadi terhadap pelaksanaan kompres. Kompres es tidak diberikan langsung diatas kulit, akan tetapi es terlebih dahulu dibungkus dengan kantong plastik dan handuk kecil karena jika bersentuhan langsung dapat menyebabkan kerusakan kulit.
Bersamaan dengan kompres es diberikan tekanan pada daerah cidera. Balutkanlah perban elastik dengan kuat diatas es, disekitar daerah yang cidera. Berhati-hatilah agar jangan membalut daerah tersebut terlalu kuat sehingga menghentikan suplai darah. Tanda-tanda terhentinya suplai darah adalah mati rasa, kejang, dan sakit. Jika timbul salah satu gejala tersebut, bukalah balutan tersebut dengan segera. Kalau tidak, biarkanlah kantong es dan pembalut tetap pada tempatnya selama 30 menit. Agar kulit tetap menjadi hangat kembali dan peredaran darah dapat pulih, bukalah balutan selama 15 menit.
Bagian anggota gerak tubuh yang cidera sebaiknya ditempatkan di suatu tinggian untuk mengurangi aliran darah ke daerah cidera. Pembengkakan dapat dikurangi dengan cara bagian tubuh yang cidera ditinggikan sampai lebih tinggi dari posisi jantung.
Suatu alternatif penerapan panas dan dingin terkadang efektif menghilangkan reaksi peradangan yang ada. Dengan menggunakan dua baskom atau ember besar, satu diisi air panas 35 derajat celsius sampai 37 derajat celsius dan ember lainnya dengan air dingin 12,7 Celsius sampai 18,3 derajat Celsius. Bagian tubuh yang cidera direndam air panas selama 1 sampai 2 menit, diulang sampai beberapa kali, terakhir dengan mencelupkan ke dalam air dingin selama 4 sampai 5 menit, ini sebaiknya dilakukan setiap hari.
Pengobatan dengan pusaran air efektif mengurangi peradangan karena menambah beberapa manfaat dari adanya panas, ada juga efek pijat yang disebabkan oleh gelembung-gelembung udara dalam air. Ini membantu menambah sirkulasi pada bagian yang cidera. Pusaran air umumnya dapat diperoleh pada spa atau pada klub kesehatan. Seseorang yang mengalami masalah kronis membelinya sedikit, dan memang relatif tidak mahal untuk penggunaan di rumah. Baskom dengan satu unit vibrator lebih murah, namun sebenarnya menggunakan pusaran air atau hydrotherapy jauh lebih efektif. Terapi pusaran air digunakan dengan suhu air 36 sampai 40 derajat celcius selama 20 menit. Sebaiknya dilakukan setiap hari.
Pemijatan merupakan suatu manipulasi jaringan-jaringan tubuh dengan tangan. Pijat ini berpengaruh terhadap sistem saraf, otot, dan sirkulasi darah. Pemijatan merupakan hal positif pada yang mengalami cidera-cidera karena dapat membantu mengurangi perlekatan di antara serat-serat otot dan membantu memindahkan timbunan cairan tubuh.
6 LANGKAH MUDAH MENGHINDARI CIDERA PADA SAAT BERMAIN BULUTANGKIS
1. Pemanasan (Warming up)
Tips menghindari cidera yang pertama sama seperti permainan lain, yaitu melakukan pemanasan secukupnya sebelum memulai permainan bulutangkis karena dengan melakukan pemanasan otot-otok tubuh kita akan lebih siap melakukan aktifitas lanjut yang lebih berat. Bulutangkis menuntut kita untuk menggerakkan seluruh anggota tubuh mulai dari kaki, tumit, tangan, jari, lengan, pergelangan tangan sampai pinggang. Jadi kita harus melakukan pemanasan secukupnya sebelum memulai permainan. Ingat jangan pernah lupa melakukan pemanasan sebelum memulai bermain bulutangkis. Lakukan pemanasan minimal 15 Menit, otot Anda akan lebih siap.
2. Sepatu Bulutangkis (Wear)
Kenakan sepatu bulutangkis yang memiliki permukaan tapak dengan bahan karet karena akan lebih kuat menempel di lapangan. Jangan mengenakan sepatu jogging biasanya dari bahan karbon sintetik untuk bulutangkis karena bisa membuat Anda terpeleset. Pakailah sepatu yang cocok untuk ukuran kaki Anda, terlalu sempit menyebabkan tumit atau jari kaki sakit, terlalu longgar tidak bisa menyebabkan keseleo atau cidera.
3. Kondisi Lapangan Bulutangkis (Course Condition)
Perhatikan kondisi lapangan bulutangkis yang Anda mainkan. Lapangan bulu tangkis bisa terbuat dari kayu, karpet, semen. jika dari kayu dan karpet biasanya air atau keringat bisa membuat Anda terpeleset, jika dari semen biasanya pasir atau kerikil. Jaga kebersihan lapangan, yakinkan lapangan Anda bebas dari air, keringat dan pasir.
4. Gerakan tubuh
Bulutangkis membutuhkan irama gerakan tubuh dengan kecepatan yang tinggi apalagi Anda mengejar shuttlecock yang dropshot, lalu rely dan saling bergantian. sedikit kesalahan gerakan anggota tubuh bisa menyebabkan cidera terutama pinggang, lutut dan paha. Jadi gerakan harus santai dan pemanasan juga sangat membantu.
5. Permainan Ganda. Hati-hati dengan raket teman Anda
Permainan ganda dalam bulutangkis bisa menyebabkan cidera karena kena pukulan raket dari teman satu tim. Bagi pemain profesional ini kemungkinan kecil sekali terjadi, tapi bagi yang amatir dan belum berpasangan sebelumnya hati-hati ya. Masih ada teman di lapangan :-)
Baca gerakan teman Anda, beri aba-aba untuk memberitahu teman Anda bahwa Anda yang akan membalikan shuttlecock.
6. Peregangan (Streching)
Peregangan ini sangat penting seusai bermain bulutangkis. Selesai bermain regangkan kaki Anda, duduk di lantai dengan posisi kaki lurus sejajar dengan lantai. Lemaskan otot terutama bagian kaki dengan memijat-mijat kecil bagian paha dan betis. Jangan duduk bersila atau menekuk kaki Anda karena bisa menghambat pembuluh darah setelah beraktifitas peredaran darah yang bergerak cepat. Jika salah posisi kadang bisa menyebabkan keram.
Dengan adanya tips di atas, mudah-mudahan bisa membantu Anda menghindari cidera saat bermain bulu tangkis.
PSIKOLOGI OLAHRAGA
1. Apakah Psikologi Olahraga?
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif, baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
3. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental yang Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertama-tama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1. Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet. Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan, tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti dengan penurunan prestasi.
2. Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat, yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
c. Sasaran harus meningkat.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3. Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4. Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang, sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut, kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi.
5. Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu, telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
a. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan kecemasan.
b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan sesungguhnya.
c. Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otot-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f. Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.
g. Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang diperlukan saat itu.
j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6. Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya. Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7. Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya, seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu, maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9. Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form, artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan bulutangkis:
1. Sebelum Hari Pertandingan
a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkin- kan, putarlah rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain ganda, diskusikan strategi tersebut dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan memperhatikan bagaimana tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara umum.
c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya, bagaimana kualitas tidur dan makannya, apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak "hidup dan berpikir" mengenai pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya yang dapat memberikan suasana gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu berada di lapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan visualisasi. Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan malam ini juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan tidak berlebihan. Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa, stretching, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk cadangannya. Mulailah hari ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat, penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat teman-temannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas. Lakukan stroke dengan penuh konsentrasi yang kemudian dapat dilanjutkan dengan'visualisasi clan relaksasi.
3. Saat Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan konsentrasi penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani. Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan. Lakukan evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif strategi yang sudah dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah sebelum pertandingan selesai.
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu kasihan jika lawan mendapat angka nol.
4. Setelah Hari Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut dalam buku evaluasi si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.
D. Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit
Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.
(Sumber: "PEDOMAN PRAKTIS BERMAIN BULUTANGKIS", Oleh: PB PBSI)
KIPRAH DJARUM PERKUAT BULUTANGKIS INDONESIA
Menilik ke belakang, bukan hanya beberapa tahun terakhir saja Djarum mendukung perkembangan bulutangkis di Indonesia. Bukan hanya menjadi sponsor utama terhadap event-event olahraga bulutangkis. Lebih dari itu, Djarum bahkan membentuk Perkumpulan Bulutangkis Djarum (PB Djarum), tempat menempa talenta bulutangkis sehingga menjadi pemain dunia.
Kisah keterlibatan Djarum sendiri dalam mendorong perkembangan bulutangkis Indonesia sendiri bermula pada tahun 1969. Didorong rasa cinta CEO PT Djarum, Budi Hartono, pada bulutangkis, serta para karyawannya, maka dijadikanlah tempat yang biasa dijadikan tempat melinting rokok para karyawan Djarum sebagai sebuah tempat dimana para karyawan Djarum dapat berlatih dan bermain bulutangkis. Lama kelamaan, tempat tersebut tidak hanya menjadi tempat berlatih para karyawan PT Djarum saja. Masyarakat sekitar pun mulai menggunakan tempat tersebut untuk tujuan yang sama.
Akhirnya, pada tahun 1974, terbentuklah PB Djarum secara resmi. Kala itu perkumpulan ini diketuai oleh Setyo Margono. Setelahnya, berbagai kisah mengagumkan pun bergulir dari tempat ini. Berbagai kemenangan satu persatu berhasil direguk oleh para pemain yang berlatih di tempat ini.
Saturday, March 17, 2012
MANFAAT KESEHATAN BERMAIN BULUTANGKIS
Mari kita lihat beberapa ini sekarang.
1. Fleksibilitas – tidak ada yang bisa menyangkal bahwa Bulutangkis meningkatkan fleksibilitas Anda dalam sebagian besar otot-otot utama, termasuk paha belakang, erector spinae, dada, trisep dan banyak daerah lain. Ini adalah kebutuhan mutlak bahwa pemain yang baik mempertahankan tingkat sehat fleksibilitas dalam semua otot-otot ini. Sementara peregangan belum terbukti memiliki efek positif sebelum bermain, tentu ada banyak bukti untuk membuktikan bahwa itu bermanfaat sesudahnya.
2. Kekuatan – Jelas tubuh bagian atas Anda tidak akan mendapatkan kekuatan terlalu banyak karena bermain bulutangkis, tapi lengan bawah, paha dan betis akan cukup ditantang untuk meningkatkan kekuatan dan kekuasaan mereka. Siapapun yang pernah melakukan serangkaian smash melompat kembali ke belakang akan bersaksi kepada tantangan besar ini menempatkan pada otot paha.
3. Daya tahan otot – Benar-benar penting untuk setiap pemain bulutangkis, itu kemampuan untuk terus kanan ke akhir pertandingan. Hampir setiap kelompok otot harus terus kontrak dalam permainan bulutangkis panjang. Dari betis sampai ke bahu.
4. Jantung dan Paru – Lagi Bulutangkis menempatkan beban kerja yang sangat menantang pada jantung. Mereka yang secara teratur memainkan single atau melawan pasangan ganda yang sangat baik akan setuju dengan saya yang satu ini. Semburan pendek dari semua usaha keluar seringkali diperlukan dalam demonstrasi api cepat yang sering dapat berlangsung selama lebih dari 10 tembakan per titik. Ini serangkaian tindakan berhenti mulai, kegiatan intens diselingi dengan periode istirahat yang pendek sangat mirip pelatihan interval yang cepat menjadi salah satu jenis yang paling populer dari teknik pelatihan kebugaran.
5. Mobilitas – Saat usia kita sendi kita bisa menjadi kurang cairan atau bergerak. Jaringan ikat dan tulang ujung dapat menjadi usang dan karenanya tidak sebagai ponsel seperti ketika kami muda. Ini penting seperti yang kita usia untuk mempertahankan sejumlah gerakan di sendi kita dinyatakan baik postur dan kinerja tugas sehari-hari yang sederhana menjadi lebih dari sebuah tantangan. Bulutangkis membantu untuk melumasi dan memobilisasi hampir semua sendi pada tubuh sehingga sekali lagi itu adalah olahraga yang sangat berguna untuk mengambil bagian di dalamnya
8 MANFAAT BERMAIN BULUTANGKIS
8. Mencegah Kangker
KOMITMEN "SMASH 100 WATT"
Flypower yang dimiliki oleh salah satu juara dunia bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi, akan menjadi penyedia peralatan bulutangkis bagi para atlet-atlet PB Djarum.
"Sponsor kolektif diberikan kepada seluruh atlet PB Djarum di bawah usia 19 tahun, sedangkan sponsor individu diberikan kepada 12 atlet dan sembilan pelatih PB Djarum terpilih. Pemilihannya sendiri dilakukan oleh pihak Flypower dengan mempertimbangkan potensi dan prestasi masing-masing individu," ujar Yoppy Rosimin, Program Direktur Bakti Olahraga Djarum Foundation.
"Perpanjangan kontrak ini sekaligus sebagai dedikasi saya terhadap bulutangkis. Indonesia membutuhkan regenerasi atlet. Dengan ini saya berharap dukungan Flypower terhadap atlet-atlet muda dan para pelatih di PB DJarum bukan saja memajukan klub bulutangkis, namun dapat membentuk bibit-bibit berkualitas yang dapat mengharumkan nama bangsa," tutur Harry.
Flypower memang telah mengendorse beberapa atlet bulutangkis andalan Indonesia seperti Markis Kido dan Hendra Setiawan. Kedepannya Harry yang mendaopast julukan "smash 100 watt" mengaku akan menjajaki atlet-atlet asing dari Jerman, Belanda, dan Perancis.
PB Djarum sendiri merupakan salah satu klub bulutangkis terbesar dan tertua di Indonesia. Sejak tahun 1969, klub yang bermarkas di Kudus ini telah mencetak legenda bulutangkis dunia seperti Liem Swie King, Alan Budi kusuma, Hariyanto Arbi, Sigit Budiarto, dan Christian Hadinata.
Selain itu atlet pelatnas Cipayung seperti Mohammad Ahsan, dan Tontowi Ahmad merupakan salah satu jebolan PB DJarum.
SINYAL CERAH TRADISI EMAS BULUTANGKIS DI OLIMPIADE LONDON
Sejak pertama kali Indonesia membawa pulang medali emas pentas olahraga se-jagad empat tahunan itu pada Olimpiade Barcelona 1992, tak pernah lagi Indonesia kering koleksi emas. Tentu sumbangsih berharga itu datang dari bulutangkis.
Tapi belakangan, prestasi mentereng Indonesia seakan tergerus sejak masa-masa emas Susi Susanti cs hilang dari peredaran karena usia. Tak percaya, tengok saja di beberapa kejuaraan bulanan yang kerap tak menghasilkan gelar bagi Indonesia.
Saat ini tak hanya China, saingan utama Indonesia di pentas dunia, tapi juga sejumlah kekuatan baru di Eropa dan Asia. Sebut saja Thailand, China Taipei, Jepang, Inggris dan Jerman.
Dengan kondisi seperti itu, publik tentu mempertanyakan, bagaimana nanti para pendekar raket kita? Apakah masih bisa terus mempertahankan kepingan emas di tiap olimpiade sejak 1992 lalu?
Kini publik bisa sekadar berlega sejenak, harapan itu masih tetap ada. Mungkin di antara bala pendekar bulutangkis yang akan diboyong ke London pada Juli hingga Agustus mendatang, tersirat setitik asa untuk bisa terus membungkus sekeping atau mungkin lebih dari satu-dua emas ke bumi pertiwi.
Bagi 200 jutaan penduduk Indonesia, harapan bisa tertumpu pada dua insan kebanggaan, yakni Ahmad Tontowi dan Lilyana Natsir. Dari sejumlah pebulutangkis kita, mungkin hanya Owi/Butet – sapaan Tontowi/Lilyana yang akan langsung lolos dengan status unggulan di nomor ganda campuran.
Sementara, labilnya nomor-nomor lain – termasuk ganda putra yang sempat tiga kali kali membungkus emas di Olimpiade Atalanta 1996, Sydney 2000 dan Beijing 2008, masih terkesan belum meyakinkan. Pasangan terbaik Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan mulai bisa diimbangi sejumlah rivalnya.
Jangan tanyakan bagaimana kondisi di sektor tunggal dan ganda putri. Adrianti Firdasari cs beserta Meiliana Jauhari/Greysia Polii dkk, levelnya masih jauh di bawah putri-putri China dan Denmark, serta mulai bisa ditenggelamkan negara-negara berkembang seperti Thailand dan Jepang.
Sedangkan untuk tunggal putra, sepertinya belum akan lahir The New Taufik Hidayat yang mengalungi emas Olimpiade Athena. Kembali ke Owi dan Butet, sejak kembali memenangkan gelar All-England beberapa hari lalu, kepercayaan diri Owi/Butet membuncah untuk bisa menyuarakan kebesaran Indonesia di antara ratusan negara peserta Olimpiade.
“Kemenangan kami di All England akan menjadi bekal yang kepercayaan diri menuju Olimpiade London mendatang,” tutur Butet beberapa waktu lalu setelah menjuarai All England 2012 bersama Owi.
Kini kita tinggal menanti prestasi mereka lagi. Doa dan harapan selalu dijunjung bagi para gladiator bulutangkis Merah-Putih di mana pun mereka berpeluh keringat mencari gelar demi gelar.
Owi/Butet masih melakoni sejumlah even sebelum mereka berjuang untuk merebut sekeping emas pertama tradisi Indonesia, sekaligus yang pertama dari nomor ganda campuran di Olimpiade.
Catatan Tradisi Emas Indonesia di Olimpiade:
-Olimpiade Barcelona 1992: Susi Susanti (Tunggal Putri) dan Alan Budikusuma (Tunggal Putra)
-Olimpiade Atalanta 1996: Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Ganda Putra)
-Olimpiade Sydney 2000: Tony Gunawan/Chandra Wijaya (Ganda Putra)
-Olimpiade Athena 2000: Taufik Hidayat (Tunggal Putra)
-Olimpiade Beijing 2008: Markis Kido/Hendra Setiawan (Ganda Putra)