telusuri


Saturday, March 17, 2012

SINYAL CERAH TRADISI EMAS BULUTANGKIS DI OLIMPIADE LONDON

Jelang Olimpiade musim panas 2012 yang tinggal lima bulan lagi, setitik harapan cerah untuk mempertahankan catatan sekeping-dua keping emas bagi Indonesia. Satu-satunya cabang yang bisa mewujudkan hal itu tentu saja dari arena adu raket, alias Bulutangkis.

Sejak pertama kali Indonesia membawa pulang medali emas pentas olahraga se-jagad empat tahunan itu pada Olimpiade Barcelona 1992, tak pernah lagi Indonesia kering koleksi emas. Tentu sumbangsih berharga itu datang dari bulutangkis.

Tapi belakangan, prestasi mentereng Indonesia seakan tergerus sejak masa-masa emas Susi Susanti cs hilang dari peredaran karena usia. Tak percaya, tengok saja di beberapa kejuaraan bulanan yang kerap tak menghasilkan gelar bagi Indonesia.

Saat ini tak hanya China, saingan utama Indonesia di pentas dunia, tapi juga sejumlah kekuatan baru di Eropa dan Asia. Sebut saja Thailand, China Taipei, Jepang, Inggris dan Jerman.

Dengan kondisi seperti itu, publik tentu mempertanyakan, bagaimana nanti para pendekar raket kita? Apakah masih bisa terus mempertahankan kepingan emas di tiap olimpiade sejak 1992 lalu?

Kini publik bisa sekadar berlega sejenak, harapan itu masih tetap ada. Mungkin di antara bala pendekar bulutangkis yang akan diboyong ke London pada Juli hingga Agustus mendatang, tersirat setitik asa untuk bisa terus membungkus sekeping atau mungkin lebih dari satu-dua emas ke bumi pertiwi.

Bagi 200 jutaan penduduk Indonesia, harapan bisa tertumpu pada dua insan kebanggaan, yakni Ahmad Tontowi dan Lilyana Natsir. Dari sejumlah pebulutangkis kita, mungkin hanya Owi/Butet – sapaan Tontowi/Lilyana yang akan langsung lolos dengan status unggulan di nomor ganda campuran.

Sementara, labilnya nomor-nomor lain – termasuk ganda putra yang sempat tiga kali kali membungkus emas di Olimpiade Atalanta 1996, Sydney 2000 dan Beijing 2008, masih terkesan belum meyakinkan. Pasangan terbaik Indonesia, Markis Kido/Hendra Setiawan mulai bisa diimbangi sejumlah rivalnya.

Jangan tanyakan bagaimana kondisi di sektor tunggal dan ganda putri. Adrianti Firdasari cs beserta Meiliana Jauhari/Greysia Polii dkk, levelnya masih jauh di bawah putri-putri China dan Denmark, serta mulai bisa ditenggelamkan negara-negara berkembang seperti Thailand dan Jepang.

Sedangkan untuk tunggal putra, sepertinya belum akan lahir The New Taufik Hidayat yang mengalungi emas Olimpiade Athena. Kembali ke Owi dan Butet, sejak kembali memenangkan gelar All-England beberapa hari lalu, kepercayaan diri Owi/Butet membuncah untuk bisa menyuarakan kebesaran Indonesia di antara ratusan negara peserta Olimpiade.

“Kemenangan kami di All England akan menjadi bekal yang kepercayaan diri menuju Olimpiade London mendatang,” tutur Butet beberapa waktu lalu setelah menjuarai All England 2012 bersama Owi.

Kini kita tinggal menanti prestasi mereka lagi. Doa dan harapan selalu dijunjung bagi para gladiator bulutangkis Merah-Putih di mana pun mereka berpeluh keringat mencari gelar demi gelar.

Owi/Butet masih melakoni sejumlah even sebelum mereka berjuang untuk merebut sekeping emas pertama tradisi Indonesia, sekaligus yang pertama dari nomor ganda campuran di Olimpiade.

Catatan Tradisi Emas Indonesia di Olimpiade:
-Olimpiade Barcelona 1992: Susi Susanti (Tunggal Putri) dan Alan Budikusuma (Tunggal Putra)
-Olimpiade Atalanta 1996: Rexy Mainaky/Ricky Subagja (Ganda Putra)
-Olimpiade Sydney 2000: Tony Gunawan/Chandra Wijaya (Ganda Putra)
-Olimpiade Athena 2000: Taufik Hidayat (Tunggal Putra)
-Olimpiade Beijing 2008: Markis Kido/Hendra Setiawan (Ganda Putra)

3 comments:

  1. Terima kasih telah mengingatkan kepada para pembaca. Saya menyayangkan prilaku media massa yang terlalu menganakemaskan sepakbola. Saya penyuka sepakbola pula namun kontribusi bulutangkis sangatlah besar bagi reputasi olahraga Indonesia di pentas internasional.

    Mungkin dapat saya tambahi statistiknya?

    http://badmintonhouse.blogspot.com/2012/03/badminton-indonesia-at-olympic-games.html

    ReplyDelete
  2. By the way, mungkin kurang tepat jika bulutangkis ditulis sebagai "adu raket" haha.... Karena raketnya kan tidak diadu layaknya olahraga anggar....hihihi...

    ReplyDelete
  3. Road To Golds:

    Susi Susanti (1992)
    v Somharuthai Jaroensiri 11-6 11-1
    v Huang Hua 11-4 11-1
    v Bang Soo-hyun 5-11 11-5 11-3

    Alan Budikusuma (1992)
    v Kim Hak-kyun 15-9 15-4
    v Thomas Stuer-Lauridsen 18-14 15-8
    v Ardy Wiranata 15-12 18-13

    Rexy Mainaky/Ricky Subagja (1996)
    v Michael Sogaard/Henrik Svarrer 15-10 15-7
    v Huang Zhangzhong/Jiang Xin 15-7 15-7
    v Soo Beng Kiang/Tan Kim Her 15-3 15-5
    v Cheah Soon Kit/Yap Kim Hock 5-15 15-13 15-12

    Tony Gunawan/Candra Wijaya (2000)
    v Jim Laugesen/Michael Sogaard 15-9 15-7
    v Simon Archer/Nathan Robertson 15-13 15-11
    v Ha Tae-kwon/Kim Dong-moon 15-13 15-10
    v Lee Dong-soo/Yoo Yong-sung 15-10 9-15 15-7

    Taufik Hidayat (2004)
    v Hidetaka Yamada 15-8 15-10
    v Wong Choong Hann 11-15 15-7 15-9
    v Peter Gade 15-12 15-12
    v Boonsak Ponsana 15-9 15-2
    v Shon Seung-mo 15-8 15-7

    Markis Kido/Hendra Setiawan (2008)
    v Guo Zhendong/Xie Zhongbo 22-20 10-21 21-17
    v Koo Kien Keat/Tan Boon Heong 21-16 21-18
    v Lars Paaske/Jonas Rasmussen 21-19 21-17
    v Cai Yun/Fu Haifeng 12-21 21-10 21-10

    ReplyDelete