Rudy Hartono yang pernah juara All England 8 kali dengan prestasi hebatnya dianggap Pahlawan Asia ( Asia Hero ) oleh majalah Time : gelar Pahlawan Asia hanya diberikan kepada 2 orang Indonesia : Bung Hatta pahlawan pembangunan bangsa , pendiri negara Indonesia dan Rudi Hartono, sosok sederhana yang berjuang bagi bangsa Indonesia . Ditingkat Asia , gelar ini diberikan kepada Dalai Lama, Mahatma Gandhi dan Deng Siao Ping , orang yang merubah Cina menjadi negara maju pesat . Mahatma Gandhi adalah sosok sederhana, pejuang perdamaian dan gerakan memajukan India. berita-berita semacam ini seharusnya lebih banyak di beritakan dan dibaca secara umum .....
Roda Kehidupan
Pahlawan Asia itu Masih Bersahaja
Rudi Hartono Kurniawan, penggemar olahraga bulutangkis Indonesia pernah menjulukinya sebagai maestro. Tetapi tokoh bulutangkis dunia (alm) Herbert A Scheele, menyebutnya si anak ajaib. Kini putra Indonesia itu dinobatkan sebagai Pahlawan Asia.
Predikat Pahlawan Asia (Asian Hero) dari majalah Time tidak sembarangan diberikan. Di level Asia, ada nama Gandhi, Den Xioping, Dalai Lama. Tidak banyak yang terpilih dari Indonesia. Pahlawan Asia hanya diberikan pada Rudi dan (alm) Muhammad Hatta, Bapak Pembangunan. Pada November 2006, Rudi menerima penghargaan tersebut dengan bangga.
"Ini merupakan satu penghargaan yang berarti bagi perbulutangkisan. Kriteria pemilihan saya karena prestasi yang konsisten selama bertahun-tahun. Saya merasa bangga karena bisa bersama-sama tokoh yang sukses," ujar juara All England 8 kali ini.
Rudi Hartono Kurniawan alias Nio Hap Liang adalah anak ketiga dari pasangan Zulkarnain Kurniawan dan Endang Suryaningsih. Prestasi pria kelahiran Surabaya 18 Agustus 1949 ini memang belum tersaingi. Guinness Book of Recordbahkan masih mencatat namanya sebagai juara All England delapan kali dengan tujuh di antaranya diraih berturut-turut. Rudi juga menjadi anggota tim Piala Thomas terlama yakni sejak tahun 1967 sampai 1982.
"Sebagian keberhasilan ini adalah peran dari orang-orang yang saya cintai. Keluarga saya sangat bangga. Mereka yang sering mendukung saya, terutama istri. Penghargaan ini bukan hanya milik saya, karena bulutangkis adalah salah satu andalan Indonesia," tambah mantan Kabid Luar Negeri PB-PBSI 1993-1997 ini.
Penghargaan dan hadiah memang bukan barang baru buat Rudi. Pada tahun 1988 di Paris, Prancis, dia menerima penghargaan Diplome D'Honneur dari UNESCO yang diserahkan langsung oleh Direktur Jenderal UNESCO Federico Major.
"Bagi saya, penghargaan apa pun itu bentuknya, resmi atau tidak, pasti sangat membanggakan. Penghargaan yang diterima ketika saya masih main dan penghargaan yang diterima ketika saya sudah tidak main tentu juga berbeda," tutur suami Jane Anwar ini.
Rudi yakin pemberian gelar Pahlawan Asia kepada dirinya sekaligus akan mengangkat citra bangsa Indonesia. Selama ini, masyarakat luar negeri kerap memberikan predikat buruk setelah terror bom dan asap. Selain kebanggaan pribadi, penghargaan tersebut sekaligus memberikan kebanggaan pada masyarakat dunia.
"Harapan saya, penghargaan ini bisa menjadi teladan bukan saja bagi olahraga tetapi juga bagi semua bidang. Indonesia akan lebih harum namanya jika punya orang-orang yang berprestasi di tingkat dunia. Itu merupakan aset yang mengubah pandangan dunia terhadap Indonesia," katanya.
Gemar Olahraga
Salah satu orang yang paling berjasa dalam kehidupan Rudi, adalah ayahnya, Zulkarnain Kurniawan. Sejak masa anak-anak, dia telah dididik keras. Walaupun sempat bercita-cita menjadi seorang dokter, Rudi sangat menggemari berbagai olahraga. Sang ayah akhirnya mengarahkan dirinya menjadi lebih fokus.
"Pada waktu mengenal bulutangkis, saya juga menguasai beberapa cabang olahraga seperti renang dan sepakbola. Ayah minta saya memilih. Katanya, renang butuh fisik prima dan postur yang tinggi. Sepakbola, ada 11 pemain. Kalau sudah emosi, pemainnya sering bentrok. Bulutangkis dianggap olahraga yang tepat," tambah mantan atlet yang diangkat menjadi anggota Dewan IBF tahun 1994 ini.
Barangkali tidak banyak orang tahu, Rudi pun pernah menjajal dunia layar lebar. Tahun 1971, bersama Poppy Darsono, dia membintangi film berjudul Matinya Seorang Bidadari. Film produksi Samaco Film itu merupakan film pertama dan terakhir baginya. Agaknya film itu sekadar pelepas rasa jenuh sementara.
Setelah merebut gelar juara All England yang ke-8, Rudi menikahi Jane Anwar pada 28 Agustus 1976. Dari perkawinan itu, dia memperoleh dua anak yakni Christopher Hartono K dan Christine Hartini K. Setelah menikah, Rudi masih ikut bertanding dan bahkan sempat menjadi runner up All England tahun 1978.
"Pengalaman yang paling buruk adalah kegagalan di All England tahun 1975 dari almarhum Svend Pri (atlet Denmark). Kalau kalah dari Liem Swie King, tahun 1978, itu karena King memang bagus," kenangnya.
Usai menutup karier sebagai atlet bulutangkis, Rudi pernah menjadi pengusaha di bidang susu sapi perah. Agaknya dia pun tahu olahraga tidak bisa diandalkan sebagai mata pencarian. Seraya membina klub Jaya Raya di Jakarta selatan, Rudi menjalankan usaha penggilingan batu, pabrik shuttlecock dan menjadi importir alat-alat olahraga. Kini dia malah menjadi Presiden Komisaris PT Topindo Atlas Asia, importir oli Top One. Meskipun demikian, kepribadian Rudi tetap bersahaja dan ramah pada semua orang.
Jangan Manja
Mengomentari kondisi perbulutangkisan Indonesia, Rudi mengaku ikut prihatin. Oleh karena itu, atlet diharapkan lebih bekerja keras. Para pengurus harus dapat mengatur strategi dan memperbaiki kelemahan yang ada.
"Untuk konsisten menjadi juara memang tidak mudah. Tapi yang terpenting, Indonesia harus bisa memilih kejuaraan mana yang paling penting dan berarti bagi Indonesia dan pandangan masyarakat dunia. Tidak mungkin seorang pemain bisa juara terus menerus," paparnya.
Mungkin itulah sebabnya, prestasi nasional Rudi Hartono tergolong biasa-biasa saja. Dia hanya dua kali menjadi runner up di Kejurnas Jakarta tahun 1967 dan 1968. Selain All England dan Piala Thomas, Rudi hanya terjun beberapa kali di Jepang Open dan Asian Games.
"Sekian lama saya melihat pemain Indonesia, bahkan beberapa kali menangani, prestasi pemain tidak bisa meningkat dengan cepat karena kemandiriannya lemah. Karakter berjuang kurang kuat karena semuanya sudah tersedia. Beberapa kali pemain dikirim ke luar negeri, tapi kesempatan itu tidak dimanfaatkan dengan baik. Kita butuh pemain yang punya tanggung jawab," kritiknya.
Jika seorang pemain masih kalah bertanding, kata Rudi, dia harus meningkatkan porsi latihannya dua kali lipat. Kalau latihan dua jam saja kalah, artinya itu belum cukup. Pemain seharusnya kreatif dan tidak hanya mengandalkan porsi latihan dari pelatih. Idealnya, sistem punishment dan reward perlu diterapkan dengan baik.
"Pada waktu dulu, semua tidak seperti sekarang. Semua dimanjakan. Dulu sabun dan odol beli sendiri. Kalau ke luar negeri itu suatu berkah besar. Seandainya kalah tidak dikirim lagi. Sekarang hadiah juara All England lebih dari US$ 200.000, coba kalau juara delapan kali, sudah dapat berapa? ," kelakarnya.
Rudi juga melontarkan kritik pada atlet-atlet bulu tangkis muda. Para pemain harus sadar prestasi hanya bisa dicapai dengan latihan tekun dan disiplin tinggi. Sekalipun sudah juara, pemain dan pengurus jangan dulu cepat merasa puas. Diharapkan panduan itu akan membuat prestasi perbulutangkisan nasional meningkat pada tahun 2007.
"Atlet muda harus tahu, menjadi juara itu tidak mudah. Kalau mereka kalah, alasannya kurang pengalaman. Saat pelatih sudah siap melatih, pemain malah belum datang. Tidak ada kegairahan berlatih. Latihan cuma karena mau dikirim ke luar negeri. Mudah-mudahan sifat ini tidak terus-menerus," harapnya.
Rasa nasionalisme yang dibangun oleh Rudy Hartono itu lebih daripada para politisi manapun, seluruh warga, dari kampung, dari kota, dari Kudus, Kediri, Malang, Cianjur, Klaten semuanya bangga dengan bangsanya selama 8 tahun menjadi juara dunia All England.
Ini bisa disamakan dengan kebanggaan bangsa Amerika karena Muhamad Ali, Anak-anak kecil dari negro, kulit putih, kulit coklat, kulit merah semuanya bangga dengan bangsanya,
Jiwa Nasionalisme ini sekarang yang pudar, masing-masing menjadi economic animal, yang penting dompet masing-masing, pengendara sepeda motor dipinggirkan, semua orang dianggapnya copet, jambret, peserta demo saja. Tidak ada kebanggaan terhadap Bangsanya.
Rudy Hartono yang pernah juara All England 8 kali dengan prestasi, hebatnya dianggap Pahlawan Asia ( Asia Hero oleh majalah Time. Gelar Pahlawan Asia hanya diberikan kepada 2 orang Indonesia yaitu : Bung Hatta pahlawan pembangunan bangsa,serta pendiri negara Indonesia dan Rudi Hartono, sosok sederhana yang berjuang bagi bangsa Indonesia. Ditingkat Asia , gelar ini diberikan kepada Dalai Lama, Mahatma Gandhi dan Deng Siao Ping , orang yang merubah Cina menjadi negara maju pesat. Mahatma Gandhi adalah sosok sederhana, pejuang perdamaian dan gerakan memajukan India. Berita-berita semacam ini seharusnya lebih banyak di beritakan dan dibaca secara umum .....
Kalau dalam bulutangkis julukan pahlawan Asia diberikan pada Rudi Hartono, dalam tennis padanannya adalah Roger Federer. Keduanya bukan saja juara dunia, tapi berendah hati dalam kemenangan dan menghargai lawan ketika kalah. Keduanya memiliki teknik nyaris sempurna serta memukau penonton dengan permainan yang elegant.
Dalam pertandingan Australian Open yang sekarang sedang berlangsung, Roger Federer menunjukkan kepiwaiannya dalam wawancara dengan wartawan olah raga. Pertanyaan menyangkut soal pengaturan udara panas digelanggang, tentang teknologi video yang memungkinkan pemain men-challenge keputusan mengenai in-out, bagaimana penilaiannya tentang seorang wasit tertentu yang baru. Semua pertanyaan dijawab dengan jujur tanpa melukai seseorang. Dia seruju dengan ketentuan pertandingan dihentikan kalau suhu Rod Laver Arena terlalu tinggi, dia percaya wasit dan lebih baik tak memanfaatkan teknologi video sekalipun sekali2 dia akan menchallenge wasit (pada kenyataannya hampir tak pernah).
Tak terlalu salah kalau Rudi Hartono dan Roger Federer disebut negarawan. Roger Federer menginginkan lebih banyak pertandingan di Asia. Ini mengingat banyaknya pemain tennis handal muncul dari China, Jepang, Thailand dan India.
Bagaikan seorang diplomat, Roger Federer (25) lancar berbicara dengan wartawan berbagai negara dalam bahasa Inggris, Jerman-Jerman, Jerman-Swiss dan Perancis. Semua wawancara itu dilakukannya tahun lalu setelah dia mengalahkan Marko (Marcos) Baghdatis dalam babak final. Dia juga mengerti dua bahasa Eropa lainnya yaitu bahasa Swedia dan Itali. Meski begitu Dmitry Tursunov (Rusia) mengakui bahwa Roger Federer seorang juara yang rendah hati.
semoga akan lahir the next rudi hartono dari suatu desa di kota saya.amin
ReplyDelete