telusuri


Monday, March 29, 2010

Taufik: Prestasi Bulutangkis Menurun Karena Ada Diskriminasi


Taufik Hidayat.
Cabang olahraga bulutangkis telah banyak melahirkan segudang prestasi. Tapi kini prestasi olahraga tepok bulu semakin merosot. Taufik Hidayat menilai hal ini disebabkan adanya diskriminasi dari pemerintah.

Komentar itu diungkapkan Taufik pada sesi tanya jawab kepada sejumlah wartawan dalam acara MILO School Competition 2010 dengan tema Mencari Juara Sejati yang berlangsung selama tiga hari di GOR Metro Jalan Landak Baru,Makassar, Senin (29/3).

Menurut dia ada beberapa faktor sehingga bulutangkis Indonesia semakin merosot. Pertama tidak adanya regenerasi, polusi dan adanya diskriminasi dari pemerintah.

Taufik menjelaskan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat, daerah melalui Pengurus Cabang dan KONI sangat minim. Hal itu terbalik dengan cabang olahraga sepak bola. Padahal sepak bola tidak pernah membawa nama harum bangsa dan negara. Buktinya sampai saat ini tidak pernah berprestasi. Olehnya itu ia meminta kepada pemerintah supaya pemberian anggaran pembinaan dilakukan secara merata dan tidak ada diskriminasi.

“Setiap tahun jumlah anggran pasti minim, beda dengan sepak bola. Harusnya dibagi secara adil. Kalau perlu sepak bola di hentikan saja,” kata dia.


Cabang bulutangkis yang telah melahirkan atlet dengan prestasi kelas dunia tampaknya belum menjadi perhatian utama pemerintah. Kendati cabang yang telah menyumbang medali emas di ajang Olimpiade ini mengalami kemerosotan, namun pemerintah tidak kunjung memberi perhatian.
Kesan pilih kasih dan perilaku diskriminatif itu terlihat saat PB PBSI yang sedang berjuang mencari dana untuk membiayai atlet untuk pembinaan para atlet, pemerintah justru sibuk mengurus cabang sepak bola yang tidak ada prestasinya sama sekali. Pernyataan ini dilontarkan pebulutangkis nasional tunggal putra Taufik Hidayat terkait dengan kemerosotan yang tak kunjung berhenti para atlet Indonesia dari cabang tepok bulu ini.
"Kemerosotan prestasi atlet Indonesia saat ini disebabkan oleh tiga hal, yakni regenerasi atlet yang minim, polusi lingkungan sehingga orang malas lagi bermain, serta diskriminasi pemerintah," ujar Taufik kepada wartawan, kemarin.Khusus tentang diskriminasi pemerintah, Taufik menjelaskan, anggaran pendapatan belanja negara (APBN) yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau daerah melalui induk organisasai dan KONI sangat minim.
Ini sangat bertolak belakang dengan cabang sepak bola yang terus mendapat bantuan dari pemerintah melalui APBD (anggaran belanja pemerintah daerah).
"Padahal sepak bola tidak pernah mengharumkan nama bangsa dan negara. Buktinya sampai saat ini tidak pernah berprestasi," ujar peraih medali emas Olimpiade Athena 2004 tersebut.Karena itu, ia meminta kepada pemerintah supaya pemberian anggaran pembinaan dilakukan secara merata dan tidak ada lagi perillaku diskriminatif.
"Setiap tahun jumlah anggaran pasti minim, beda dengan sepak bola. Harusnya dibagi secara adil," ujar suami Ami Gumelar ini. "Kalau perlu, sepak bola dihentikan saja pendanaannya dan suruh mereka cari uang sendiri, kemudian uang tersebut alihkan untuk pembinaan cabang bulutangkis," katanya lagi.
Ia menandaskan lagi bahwa sepak bola yang prestasinya bukan hanya minim dalam prestasi, melainkan juga kerap terjadi kerusuhan tiap satu pertandingan digelar tetap dibiarkan mendapat kucuran dana miliaran, padahal hasilnya sama sekali tidak ada. Meski demikian, Taufik tetap berharap pemerintah mau bersikap adil, yakni membagi secara adil pendanaan untuk cabang-cabang olahraga berprestasi.
Kalaupun pada akhirnya hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka pemerintah harusnya membuat prioritas dengan mengganggarkan dana yang lebih banyak untuk cabang yang telah terbukti mengharumkan nama di berbagai kejuaraan internasional. Ini lebih baik ketimbang hanya menghabiskan dana besar, namun tidak ada hasilnya.

No comments:

Post a Comment